Masuk ke lingkungan Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia bukan hanya soal menempuh pendidikan teknik dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Ada sesuatu yang terasa berbeda, sebuah atmosfer intelektual yang kental, yang tidak hanya diajarkan tapi ditanamkan, terasa kuat namun tak selalu terlihat: sebuah atmosfer ilmiah yang hidup dalam percakapan, kegiatan, hingga cara mahasiswa mengambil keputusan. Sejak awal masa orientasi, mahasiswa baru DTK sudah diperkenalkan pada dunia ilmiah yang bukan hanya menjadi pelengkap akademik, tetapi benar-benar menjadi bagian dari budaya bersama.

Departemen Teknik Kimia menjadi contoh nyata dari bagaimana iklim keilmiahan dapat ditanamkan, dijaga, dan diwariskan secara konsisten dari tahun ke tahun dari angkatan ke angkatan. Adanya dukungan struktural melalui organisasi kemahasiswaan seperti IMTK serta atmosfer kolaboratif antar mahasiswa dan dosen, Departemen Teknik Kimia telah membangun budaya keilmiahan yang tidak hanya terlihat dari banyaknya prestasi, tetapi juga semangat eksplorasi ilmiah yang hidup dikalangan mahasiswanya.
Saya menyadari bahwa hal ini bukan hanya sekedar dari data atau pengakuan luar, tapi dari pengalaman langsung. Budaya keilmiahan DTK terasa sejak hari-hari awal masa orientasi. Mentoring IPTEK, diskusi mengenai PKM, pelatihan karya tulis, bahkan cerita lomba dari kakak senior, semuanya menjadi pintu masuk yang membuka pandangan kami sebagai mahasiswa baru terhadap pentingnya berpikir ilmiah. Budaya ini tidak hanya bersifat struktural, tetapi juga tumbuh secara kultural dari interaksi antar mahasiswa lintas angkatan.
Yang menarik adalah, iklim keilmiahan di DTK bersifat turun-temurun dan kolektif. Ada semacam “kewajiban moral” antarangkatan untuk menjaga nyala semangat ilmiah ini, agar tidak berhenti di satu generasi saja. Inilah yang membuat budaya keilmiahan di DTK terasa mengakar dan menghidupkan karena bukan hanya menjadi program tahunan, tetapi menjadi bagian dari identitas bersama.
Menanamkan keilmiahan bukan perkara sekali jadi. Di DTK, proses ini dilakukan sejak hari-hari awal mahasiswa baru memasuki lingkungan departemen. Tahap awal ini menjadi kunci karena disinilah kesan pertama dan nilai-nilai dasar mulai diperkenalkan. Salah satu cara strategis yang digunakan adalah melalui mentoring IPTEK, sebuah program pembinaan keilmiahan yang menjadi bagian dari rangkaian masa bimbingan mahasiswa baru.
Dalam mentoring ini, mahasiswa baru dikenalkan pada dunia keilmiahan secara menyeluruh. Mulai dari pengenalan mengenai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan cabang cabangnya, hingga wawasan seputas jenis-jenis lomba yang relevan dengan bidang teknik kimia. Tujuannya bukan untuk langsung mendorong mereka terjun ke lomba, tetapi menanamkan rasa penasaran dan keinginan untuk mengeksplorasi lebih jauh.
Tak berhenti di situ, mahasiswa baru juga diberi kesempatan untuk mengikuti Pelatihan Karya Tulis Mahasiswa (PKTM) yang disediakan oleh bidang IPTEK pada masa bimbingan. Di sini mereka belajar dasar-dasar menulis ilmiah, memahami struktur penulisan yang sistematis, serta pentingnya argumentasi yang logis dan berbasis data. Selain itu mereka juga diberikan sebuah tips bagaimana cara memulai dan bagaimana cara menghadapi tantangan dalam sebuah perlombaan. Meskipun terlihat sederhana, kegiatan ini memberi fondasi penting dalam budaya ilmiah bagi para mahasiswa.
Hal yang membuat proses penanaman ini efektif adalah karena ia tidak datang dari atas ke bawah, tapi justru dibangun dari komunitas itu sendiri. Mahasiswa baru melihat dan mendengar langsung bagaimana kakak tingkat mereka aktif mengikuti lomba, menjadi finalis PKM, atau mewakili departemen, mewakili fakultas, mewakili universitas dalam ajang nasional bahkan internasional. Dari sana, budaya keilmiahan ditularkan bukan hanya lewat program, tetapi juga lewat teladan. Rasa ingin terlibat lahir bukan dari paksaan, melainkan dari ketertarikan dan semangat kolektif.
Menjaga iklim keilmiahan di DTK bukan tugas mudah. Setelah ditanamkan sejak awal, budaya ini perlu terus dirawat agar tetap relevan di tiap generasi. Di sinilah peran bidang IPTEK IMTK sangat penting, mereka rutin memberikan apresiasi bulanan kepada mahasiswa yang aktif lomba, untuk menjaga semangat dan memberi contoh nyata bagi yang lain.
Salah satu tantangan besar adalah minat mahasiswa yang timpang antara jenis lomba. Misalnya, PKM sering kurang diminati karena prosesnya panjang, butuh bimbingan dosen, dan dana yang tak sedikit. Mahasiswa lebih memilih lomba lain seperti business case atau oil and gas competition yang jangka waktunya lebih cepat. Untuk menjawab tantangan ini, bidang IPTEK gencar melakukan edukasi manfaat PKM, termasuk potensi konversi SKS dan peluang PIMNAS.
Ada juga pendekatan kreatif seperti “pengakaran” pencerdasan langsung di zona interaksi untuk mengajak warga DTK terlibat dalam kegiatan ilmiah seperti OIM. Mereka juga memperbaiki nuansa visual dan suasana kompetisi agar lebih hidup dan menarik.
Kuncinya adalah kesadaran bersama dan keberlanjutan. Ketika mahasiswa melihat keilmiahan sebagai bagian dari identitas DTK, bukan sekadar program organisasi, maka budaya ini akan terus tumbuh, dibawa, dan diwariskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya.
Semua upaya untuk membentuk dan menjaga iklim keilmiahan di DTK bukanlah sesuatu yang sia-sia. Budaya ini bukan hanya hidup dalam program, spanduk, atau mentoring tetapi terlihat nyata dari mahasiswa-mahasiswa yang tumbuh di dalamnya. Berikut ini adalah tiga contoh mahasiswa dari angkatan berbeda yang menjadi wajah dari iklim keilmiahan DTK:

Sejak awal kuliah, Kak Aya sadar bahwa pengalaman lomba bisa jadi bekal menuju dunia kerja. Ia aktif ikut berbagai kompetisi oil and gas dan dan kompetisi lain, salah satunya innovation competition, seperti “Shell Think Efficiency” dan “Kahforward”. Menurutnya, iklim keilmiahan DTK sangat mendukung lewat budaya bertanya dan sharing antar senior-junior. – Ariadne Jasmine, Teknik Kimia 2021

Kak Faerel awal mula ikut lomba untuk cari pengalaman, tapi seiring waktu merasa terdorong untuk berkontribusi dalam budaya ilmiah DTK. Ia terinspirasi dari kakak tingkat dan percaya bahwa ikut lomba adalah salah satu cara membanggakan nama departemen. Aktif di kompetisi oil and gas, Kak Faerel baru saja meraih juara 1 di IPFEST 2025. – Faerel, Teknik Kimia 2023

Bagi Kak Edward, ikut lomba adalah cara untuk berkembang dan mengenal lebih jauh dunia teknik kimia, sekaligus mengejar prestasi. Ia terinspirasi dari kakak tingkat di DTK yang aktif lomba dan merasa lingkungan DTK yang suportif sangat mendukung prosesnya. Kompetisinya yang terbaru adalah IPFEST 2025, di mana ia berhasil meraih juara 2. – Edward Egbert, Teknik Kimia 2022
Iklim keilmiahan di Departemen Teknik Kimia UI bukanlah hasil dari satu dua program, melainkan buah dari proses panjang yang dijaga bersama. Mahasiswa seperti Kak Aya, Kak Edward, dan Kak Faerel menunjukkan bahwa dengan lingkungan yang mendukung dan kemauan untuk belajar, prestasi bukan hal yang mustahil.
Mari terus jaga nyala itu. Bukan hanya untuk kita, tapi untuk generasi selanjutnya yang akan datang dengan semangat yang sama dan membawa DTK UI lebih jauh lagi dalam dunia keilmuan dan kontribusi nyata.
Narasumber:
- Kak Nadilla (2021)
- Kak Grace (2021)
- Kak Segari (2021)
- Kak Aya (2021)
- Kak Nadia (2022)
- Kak Edward (2022)
- Kak Abian (2022)
- Kak Ilham (2022)
- Kak Vanisa (2023)
- Kak Faerel (2023)
- Kak Chiara (2023)